I.
Pendahuluan
Setiap
siswa dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik yang cenderung
berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi ini penting untuk diperhatikan karena
dengan mengidentifikasi kondisi awal siswa saat akan mengikuti pembelajaran
dapat memberikan informasi penting untuk guru dalam pemilihan setrategi
pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya
komponen-komponen strategi pengajaran yang efektif dan sesuai dengan
karakteristik perseorangan siswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Kegiatan
menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa dalam pengembangan
pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan unutk
menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Dengan
demikian, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah
bertujuan untuk menentukan apa yang harus diajarkan tidak perlu diajarkan dalam
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Karena itu, kegiatan ini sama sekali bukan
untuk menentukan pra syarat dalam menyeleksi siswa sebelum mengikuti
pebelajaran.
Karakteristik
siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini
didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas individu siswa. Aspek-aspek
berkaitan dapat berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar,
kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya.
II.
Rumusan
masalah
a.
Pengertian
potensi
b.
Pengertian
karakteristik
c. Factor Pembentuk
karakter
a
III.
Pembahasan
A.
Pengertian
potensi.
Potensi
siswa yang dimaksud dalam rambu-rambu ini adalah kapasitas atau kemampuan dan
karakteristik / sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang
memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain.
Potensi itu meliputi potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat, potensi
moral dan religius.
1. Potensi Fisik
Kondisi
kesehatan fisik dan keberfungsian anggota tubuh diperoleh melalui pemeriksaan
medis yang dilakukan oleh tenaga medis dan observasi perilaku dalam
mengikuti aktivitas pembelajaran oleh guru.
2. Potensi Intelektual.
Potensi
intelektual terbagi lima kelompok, yaitu:
1. Prestasi Akademik.
2. Kecerdasan Umum
Kecerdasan
umum meliputi hal-hal
a.
kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan tepat.
b.
memecahkan masalah;
c.
menciptkan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah;
d.
kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu; dan
e.
kemampuan mengkritik diri sendiri.
3. Kemampuan Khusus / Bakat
Kemampuan
khusus atau bakat meliputi
a.
Kemampuan
verbal-kebahasaan
b.
Kemampuan
logis-matematis
c.
Kemampuan seni
d.
Kemampuan
tilikan ruang
e.
Kemampuan
badaniah-kinestetik
f.
Kemampuan musik
g.
Kemampuan
antarpibadi
h.
Kemampuan kealaman
4.
Kreativitas
Kreativitas meliputi beberapa hal
a.
memiliki dorongan
ingin tahu yang besar
b.
sering mengajukan
pertanyaan
c.
memiliki banyak
gagasan
d.
bebas dalam
menyatakan pendapat
e.
memiliki rasa
keindahan
f.
menonjol dalam
salah satu bidang seni
g.
memiliki pendapat
sendiri dan mampu mengungkapkannya
h.
memiliki rasa
humor tinggi
i.
daya imajinasi
yang kuat
j.
orisinalitas
k.
dapat bekerja sendiri
l.
senang mencoba hal-hal baru
m.
mampu
mengembangkan dan memerinci gagasan
5.
Kepribadian
Sedangkan
kepribadian meliputi hal
a.
kemampuan
mengelola emosi,
b.
Kemampuan
mengembangkan dan menjaga motivasi belajar / berprestasi,
c.
Kepemimpinan,
d.
Kemampuan
menyesuaikan diri,
e.
Kemampuan
berinteraksi dan berkomunikasi,
f.
Responsibilitas,
g.
Orientasi nilai,
moral dan religi,
h.
Kecenderungan
kebutuhan,
i.
Sikap,
B.
Pengertian
karakteristik
Terdapat
beberapa pendapat tentang arti dari karakteristik, yakni:
1.
menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak”.
2.
Menurut Al-Barry, karakter bermakna hampir sama dengan
sifat-sifat bawaan, watak, kepribadian, kebiasaan.
3.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills).
4.
Ron Kurtus dalam berpendapat bahwa karakter adalah
satu set tingkah laku atau perilaku (behavior) dari seseorang sehingga dari
perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya,
karakter akan menentukan kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan
efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain
serta kemampuan untuk taat terhadap tata tertib dan aturan yang ada.
5.
Sedangkan menurut Havinghuerst yang dimaksud dengan
karakter adalah suatu perangkat (set) yang terdiri dari lima karakter. Setiap
karakter merupakan suatu presentasi dari tingkat perkembangan psikososial
individu sebagai berikut :
1.
Amora Infancy.
2. Expedent Early childhood.
3. Conforming Later childhood.
4. Irrational-conscientious Adolescence and adulthood.
5. Rational-altruistic.
2. Expedent Early childhood.
3. Conforming Later childhood.
4. Irrational-conscientious Adolescence and adulthood.
5. Rational-altruistic.
Kendatipun bisa
jadi seseorang memiliki tipe murni akan tetapi dalam praktiknya proporsi kelima
kategori tersebut bersifat relatif bagi setiap orang.
Kata
"karakter" berasal dari kata Yunani: charakter. Semula digunakan
tanda terkesan atas koin. Ada pula yang memaknai berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan
perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang
yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter mulia
berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai
dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis,
analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta
ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur,
menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut,
setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir
positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat,
dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian
diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka,
tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau
unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya
tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu
(intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Setiap individu
memiliki ciri, sifat bawaan (heredity), dan karakteristik yang diperoleh dari
pengaruh lingkungan sekitarnya. Ahli psikologi berpendapat bahwa kepribadian
dibentuk oleh perpaduan factor perpaduan factor pembawaan dan factor
lingkungan. Karakteristik bawaan, baik yang bersifat biologis maupun
psikologis, dimiliki sejak lahir. Apa yang dipikirkan, dikerjakan, atau
dirasakan seseorang atau merupakan hasil perpaduan antara apa yang ada diantara
factor-faktor biologis yang diwariskan dan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Tanpa
memedulikan umur seorang anak, karakteristik pribadi yang dibawa ke sekolah
terbentuk dari pengaruh lingkungan. Hal itu berpengaruh cukup besar terhadap
keberhasilan atau kegagalannya di sekolah dan pada masa-masa perkembangan
selanjutnya.
Karakteristik
yang berkaitan dengan perkembangan factor biologis cenderung lebih bersifat
tetap (ajeg), sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan factor psikologis
lebih mudah berubah karena dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan.[2]
Karakter
seseorang baik disengaja atau tidak, didapatkan dari orang lain yang sering
berada didekatnya atau yang sering mempengaruhinya, kemudian ia mulai meniru
untuk melakukannya. Oleh karena itu, seorang anak yang masih polos seringkali
akan mengikuti tingkah laku orang tuanya atau teman mainnya, bahkan
pengasuhnya. Erat kaitan dengan masalah ini, seorang psikolog berpendapat bahwa
karakter berbeda dengan kepribadian, karena kepribadian merupakan sifat yang
dibawa sejak lahir dengan kata lain kepribadian bersifat genetis.
Dalam hal ini
ada empat indentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, yaitu :
1. Kemampuan Dasar.
2. Latar belakang pengalaman.
3. Latar
belakang sosial.
4. Perbedaan
individual.
Adapaun perilaku
belajar siswa menurut Robert Gagne dikelompokkan ke dalam delapan kelas yaitu :
1.
Signal learning (belajar isyarat). Dalam jenis ini
siswa mendapat respon terkondisi terhadap signal tertentu.
2.
Stimulus-Respon learning. Menurut Robert
Gagne proses belajar
bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang
diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini ialah faktor inforcement.
3.
Chaining
(mempertautkan).
4.
Verbal Association. Tipe belajar 3 dan 4 ini
setaraf, yaitu belajar-mengajar menghubungkan S-R yang satu dengan yang lain.
Kondisi yang diperlukan untuk tipe belajar ini antara lain, secara internal
anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik
maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan dan reinforcement
tetap penting.
5.
Discrimination learning atau belajar mengadakan
pembeda. Dalam tipe ini peserta didik mengadakan seleksi dan pengujian di
antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih
pola-pola respon yang dianggap paling sesuai.
6.
Concept learning atau belajar pengertian. Dengan
berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia
membentuk suatu pengertian atau konsep kondisi utama yang diperlukan adalah
menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.
7.
Rule learning, atau belajar membuat generalisasi,
hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai
konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif,
analisis, sistesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga
anak didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dapat
dipandang sebagai rule: prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah dan sebagainya.
8.
Problem Solving yakni belajar memecahkan masalah. Pada
siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah, merespon terhadap rangsangan
yang menggambarkan atau situasi problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah
yang telah dikuasainya.
C. Factor Pembentuk
karakter
Diantara
factor-faktor yang membentuk karakter, adalah
1. Pendidikan dan
Anak.
2. Pengaruh sekolah
selama tahun-tahun pertengahan.
3. Pendidikan
selama remaja.
4. Pengaruh
sosialisasi atau pergaulan.[3]
Sedangkan Teknik
untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa adalah dengan menggunakan kuesioner,
interviu, observasi dan tes (pretest). Subjek yang memberikan insformasi
diminta untuk mengidentifikasi tingkat pengusaan siswa dalam setiap perilaku
khusus melalui skala penilaian (rating scales).[4]
IV.
Kesimpulan
► Menurut kamus bahasa
Indonesai, potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang.
Setiap orang memiliki potensi, dan tentu berbeda setiap apa yang dimiliki
antara satu orang dengan orang lain.
► Kata "karakter" berasal
dari kata Yunani: charakter. Semula digunakan tanda terkesan atas koin. Ada
pula yang memaknai berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
►Diantara factor-faktor yang membentuk karakter,
adalah
1. Pendidikan dan
Anak.
2. Pengaruh sekolah
selama tahun-tahun pertengahan.
3. Pendidikan
selama remaja.
4. Pengaruh
sosialisasi atau pergaulan
V.
Penutup
Demikianlah makalah ini kami susun.
Dengan pokok pembahasan ini, diharapkan kita sebagai pendidik mengerti dan
memahami penjelasan mengenai potensi dan karakteristik siswa.
Daftar
pustaka
http://konselorindonesia.blogspot.com/2012/03/analisis-potensi-siswa.html
Enung Fatimah,Psikologi
Perkembangan Peserta Didik,Pustaka Setia:Bandung,2010
Djaali,psikologi
pendidikan,Bumi Aksara:jakarta2011
http://cikelenk.blogspot.com/2011_12_01_archive.html
No comments:
Post a Comment