A.
PENDAHULUAN
Linguistik
merupakan ilmu yang membahas bahasa sebagai objek kajiannya. Dalam proses
berkomunikasi sehari-hari dengan orang lain tentu perlu menggunakan kalimat dengan makna yang
tepat. Di samping itu, perlu pula memperhatikan
pilihan kata atau diksi agar gasasan atau ide yang disampaikan kepada orang lain dapat terpahami secara
efektif. Bagaimana supaya proses komunikasi
tersebut dapat berjalan efektif, antara lain perlu memiliki pemahaman yang berkaitan dengan
sintaksis bahasa Indonesia seperti
jenis-jenis frase, klausa, kalimat, diksi, jenis-jenis makna, dan jenis perubahan makna.
Dengan
memahami bagian-bagian sintaksis dan bahasa Indonesia tersebut, tentu dapat
menciptakan komunikasi yang saling terpahami
dengan jelas dan tepat. Dalam
makalah ini, kami akan membahas sintaksis yang termasuk dalam kajian ilmu linguistik.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian sintaksis?
2.
Apa saja tataran pembahasan sintaksis?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani
sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi kata
sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat. Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian
atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frase .”
2.
Struktur
Sintaksis
Struktur
sintaksis membicarakan tentang fungsi sintaksis yang terdiri dari Subjek,
Predikat, Objek, Keterangan (S-P-O-K), kategori sintaksis nomina (kata benda),
verba (kata kerja), adjektifa (kata sifat), numeralia, dan peran sintaksis
meliputi pelaku, penderita dan penerima.
Seperti
contoh: nenek pergi ke pasar tadi pagi
Dapat
dianalisis nenek berkedudukan sebagai subjek (S), pergi sebagai predikat (P),
ke pasar sebagai objek (O), dan tadi pagi sebagai keterangan waktu.
Dalam
bahasa Inggris
I
go to the market this morning
Dapat
dianalisis I berkedudukan sebagai Subjek, go predikat (P), the market objek (O)
dan this morning keterangan waktu.
Dalam
bahasa Arab
زيد
ذهبت الى السوق في الصباح .
3.
Kata
sebagai satuan sintaksis
Kata merupakan satuan terkecil sintaksis. Kata
terdiri dari dua macam dalam pengisian satuan sintaksis
yaitu kata penuh (fullword) terdiri dari nomina, verba, adjektifa dan
numerial dan kata tugas (functionword) terdiri dari preposisi dan
konjungsi. Kata penuh dapat mengalami proses morfologi karena secara leksikal
mempunyai makna apabila berdiri sendiri dan kata tugas tidak dapat mengalami
proses morfologi karena secara leksikal tidak bermakna.
Contoh kata penuh dalam bahasa
Indonesia kucing è berkucing-kucingan, dalam
bahasa Inggris bookè
books, dalam bahasa Arab كتب.
Contoh kata tugas dalam
bahasa Indonesia dan, meskipun, dengan, dalam bahasa Inggris in, for,
Dalam bahasa Arab حرف (من٬ إن٬ لو)
4.
Frase
Frase lazim didefinisikan
sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988: 244 ) Frase
didefinisikan gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.[1] Frase tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik
atau makna gramatikal. Bedanya dengan kata majemuk yaitu kata majemuk sebagai
komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna. Misalnya meja
saya, my chair, عندي كرس, sedangkan kata mejemuk misalnya meja
hijau è ini menimbulkan makna
baru yakni pengadilan.
5.
Jenis-jenis
frase
1)
Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang
komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang
sama dengan keseluruhannya. Misalnya, frase di pasar, yang terdiri dari
komponen di dan komponen pasar, di tidak bisa berdiri
sendiri dan pasar juga tidak bisa berdiri sendiri. Frase eksosentrik dibedakan
menjadi frase eksosentrik direktif terdiri dari preposisi (di, ke, dari) dan
frase eksosentrik nondirektif terdiri dari artikulasi seperti si, sang, yang, para,
kaum dan kompenen keduanya berupa nomina, ajektifa, dan verba.
Contoh frase eksosentrik direktif
Dalam bahasa Indonesia Hasan
berdagang di pasar, dalam bahasa Inggris she cook in the kitchen,
dalam bahasa Arab حسن يذهب الى
السوق
Frase eksosentrik nondirektif
misalnya bahasa Indonesia si miskin.
2)
Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase
yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksias yang sama
dengan keseluruhannya.
Misalnya, Nenek sedang membaca
komik di kamar, sedang sebagai komponen pertama, dan membaca
sebagai komponen kedua dan dapat dijadikan kalimat lain yang menggantikan
kedudukan frase tersebut. Dalam bahasa Inggris you are very beautiful.
Dalam bahasa Arab هي جميلة جدا
3)
Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang
komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan
sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh kخnjungsi koordinatif (dan, atau, tetapi).
Contoh: dalam bahasa Indonesia
sehat dan kuat, dalam bahasa Inggris fresh and healty, dalam bahasa
Arabصحة والعافية
a. Frase Apositif
Frase
apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk
sesamanya, dan oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
Contoh:
Pak Ahmad, guru saya,
rajin sekaliè Guru saya, Pak Ahmad,
rajin sekali.
6.
Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata
berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa
kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lain berfungsi
sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat
yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan
bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib contoh: nenek mandi
di kamar mandi è kalusa
terdiri dari subjek dan predikat.
7.
Jenis-jenis
Klausa
Berdasarkan strukturnya, klausa dibedakan menjadi dua:
klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai
subjek dan predikat, mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor. Klausa
bebas mempunyai struktur lengkap, sedangkan klausa terikat memiliki struktur
yang tidak lengkap. Berdasarkan kategori unsur segmental yang
menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal,
klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa preposisional.
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba. Misalnya,
klausa nenek mandi, dalam bahasa Inggris she sing a song, dalam bahasa Arab يذهب الى الجامعة حسن
Dengan adanya berbagai tipe
verba, maka dikenal adanya:
1.
Klausa
transitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba
transitif.
Contoh:
Nenek menulis
surat
2.
Klausa
instransitif, yaitu klausa yang predikatnya
berupa verba intransitif.
Contoh:
Adik
melompat-lompat dan paman berangkat ke Medan
Contoh:
Kakek sedang
mandi dan dia sudah bersolek
4.
Klausa
resiprokal, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba
resiprokal.
Cintoh:
Mereka
bertengkat sejak kemarin, Israel dan Palestina akan berdamai dan keduanya
bersalaman.
Klausa ajektifal adalah
klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, baik berupa kata maupun frase.
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Klausa
preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa numeral adalah
klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numerial. Klausa berupasat
adalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya, meskipun di tempat
lain ada nomina atau frase nomina yang juga berlaku sebagai subjek.
8.
Kalimat
Ramlan (1981:6)
mengatakan : “kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik”. Kalimat adalah susunan kata-kata
yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Dalam kaitannya dengan
satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) kalimat
adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa
klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan
intonasi final. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga
buah, yaitu intonasi deklaratif, intonasi interogratif (?) dan intonasi seru
(!)
Contoh nenek membaca
komik di kamar, sedangkan kakek membaca buku Lupus di kebun.
9.
Jenis-jenis
kalimat
a. Kalimat inti dan Kalimat Bukan
Inti[3]
Kalimat inti adalah
bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan. Terdiri dari subjek, predikat,
objek dan pelengkap. Sedangkan kalimat bukan inti adalah bagian yang dapat
dihilangkan atau unsur yang memberikan keterangan tambahan kepada unsure
inti. Contoh Kami kemarin sore
mendatangi pertemuan itu. Dapat di analisis kami, kemarin sore, mendatangi,
pertemuan itu è kalimat inti, yakni
tidak dapat dihilangkan salah satu unsurnya, hanya kemarin yang bisa di hilangkan,
dan kemarin menjadi kalimat bukan inti.
b. Kalimat Tunggal dan
Kalimat Majemuk
Kalau klausanya hanya
satu, maka kalimat tersebut disebut kalimat tunggal. Kalau klausa di dalam
kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat itu disebut kalimat majemuk.
Berdasarkan sifat hubungan klausa di dalam kalimat, dibedakan adanya kalimat
majemuk koordinatif (konjungsi koordinatif seperti dan, atau, tetapi, lalu)
kalimat majemuk subordinatif (kalau, ketika, meskipun, karena) dan kalimat
majemuk kompleks ( terdiri dari tiga klausa atau lebih, baik dihubungkan secara
koordinatif maupun subrodinatif atau disebut kalimat majemuk campuran).
c. Kalimat Mayor dan Kalimat
Minor
Kalau klausa lengkap
sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut
kalimat mayor. Kalau klausanya tidak lengkap terdiri dari subjek saja, predikat
saja, atau keterangan saja, maka kalimat tersebut disebut kalimat minor.
d. Kalimat Verbal dan
Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah
kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa
kata atau frase yang berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah
kalimat yang predikatnya bukan frase atau frase verbal, bisa nomina, ajektiva,
adverbial, atau juga numeralia.
e. Kalimat Bebas dan Kalimat
Terikat
Kalimat bebas adalah
kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai
sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang
menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat
berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau
wawancara tanpa bantuan konteks.
f.
Wacana
Wacana adalah satuan
bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan gramatikal
tertinggi atau terbesar. Persyaratan gramatikal dalam wacana akan terpenuhi, kalau
dalam wacana itu sudah terbina kekohesian maka akan tercipta kekoherensian.
g.
Jenis
Wacana
Berbagai jenis wacana
sesuai dengan sudut pandang dari mana wacana itu dilihat. Pertama-tama di lihat
adanya wacana lisan dan wacana tulis berkenaan dengan sarannya, yaitu bahasa
lisan dan bahasa. Dilihat dari penggunaan bahasanya ada wacana prosa dan wacana
puisi.
h.
Subsatuan
Wacana
Wacana adalah satuan
bahasa yang utuh dan lengkap, maksudnya adalah wacana ini satuan ”ide” atau ”pesan”
yang disampaikan akan dapat dipahami pendengar atau pembaca tanpa keraguan,
atau tanpa merasa adanya kekurangan informasi dari ide atau pesan yang tertuang
dalam wacana itu.
D. SIMPULAN
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani
sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Sintaksis
ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frase. Kata merupakan satuan terkecil sintaksis. Kata
terdiri dari dua macam dalam pengisian satuan sintaksis
yaitu kata penuh (fullword) terdiri dari nomina, verba, adjektifa dan
numerial dan kata tugas (functionword) terdiri dari preposisi dan
konjungsi.
Frase lazim didefinisikan
sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata
berkonstruksi predikatif. Kalimat adalah susunan
kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Wacana adalah satuan
bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan gramatikal
tertinggi atau terbesar.
E. PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat kami sampaikan. Kritik dan saran yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer
, Abdul, Linguistik Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.
Moh,
Rosyid. Bijak Berbahasa. UNNES PRESS. Kudus. 2005.
Moh, Rosyid. Bahasa
Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, UPT.
UNNES PRESS. Semarang. 2004.
No comments:
Post a Comment