Pages

terjemahan

Monday 24 February 2014

KERJA ONLINE VIA INTERNET, GAJI MINIMAL US$ 3.00. 100% ASLI!

Ayo cepetan join di www.libertagia.com
Potensi Penghasilan Anda di LibertaGia.Com



cara daftar di Libertagia:
1. pergi ke situs pendaftarannya.klik disini
2. isi data-data anda dengan lengkap. (number of identification document, anda isi dengan nomor ktp anda)
3.setelah selesai klik SUBMIT.
maka anda akan menjadi member di Libertagia.com 
Silahkan log in dengan email & password Anda.
Log in libertagia: KLIK DISINI

LANGKAH SELANJUTNYA ADALAH KLIK 10 IKLAN


Setelah Log in, silahkan klik Menu TASK.

Akan muncul halaman seperti berikut:

Ket: 
No. 1 => Silahkan klik pada tulisan tersebut "Click here to do the task"
No. 2 => Setelah klik, akan muncul kode-kode pada no. 2
No. 3 => Setelah kode muncul, silahkan klik " GO TO PAGE "

Biarkan hitungan mundur sampai selesai, nanti akan muncul seperti ini:

Tunggu sebentar dan Anda akan dibawa kembali kehalaman tadi, dan lakukan klik iklan sampai habis / 10 kali.

Setelah semuanya SUCCESS, maka akan keluar komisi Anda $3

LAKUKAN TIAP HARI SEKALI UNTUK MELIHAT IKLANNYA, AGAR ANDA MENDAPATKAN $3 TIAP HARINYA.....

 
  • Free Account (Bronze) Penghasilan Minimal $50 Per Bulan
  • Free Account (Bronze) + Network, Potensi $7.812 Per Bulan
  • Booster Package + Network, Potensi $15.625 Perbulan

Penghasilan di Libertagia dapat diperoleh melalui 3 cara.Daily Task , Sales Promoter dan Creating Network.
Silahkan pilih cara mana yang paling cocok dengan gaya anda. Pilih ketiganyapun silahkan. Penjelasan singkat tentang ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama
, Daily Task yaitu anda mengerjakan tugas harian berupa tugas klik link para sponsor. Tunggu beberapa saat, lalu anda mengisi Captcha diikuti dengan mengklik link Finish this Task. Begitu seterusnya hingga 10 link (utk free member). Hanya dibutuhkan 10 menit untuk mengerjakan tugas ini. Simple right? Penghasilan harian sebagai free member berkisar $2,5/hari. Lumayan, untuk pekerjaan mudah dan tanpa modal.
Kedua, Sales Promoter, yaitu menawarkan produk Libertagia kepada calon pembeli.
Ketiga, Bangun Jaringan (Network), mengjak orang lain untuk bergabung jadi member. Anda akan mendapatkan residual income dari setiap member yang anda ajak bergabung hingga kedalaman 6 generasi.
Misalnya anda sanggup mengajak 3 orang saja join dalam jaringan anda dan 3 orang tersebut menduplikasi kerja anda dengan mengajak masing-masing 3 orang juga. Maka akan menjadi 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 = 729 member. saya yakin anda sanggup mengajak lebih dari 3 member. Kenapa? Ini gratis, orang gak perlu bayar untuk join. Gak rugi kalo join... Gak Join? RUGI BESAR!
Berapa lama waktu yang anda luangkan untuk sekedar browsing, chit-chat dengan teman, ngobrol ngalor-ngidhul tanpa hasilkan Dollar? Nah sekarang ubah itu semua dengan mengajak sebanyak mungkin orang join di jaringan anda. pasti akan dapatkan member yang bejibun.
Kembali ke "Laptop".  Sebagai ilustrasi penghasilan anda di Libertagia, jika anda mengambil paket BRONZE (free member) dan mempunyai 729 orang dalam jaringan anda, maka anda berpotensi menghasilkan $420 per bulan tanpa keluarkan uang. Jumlah ini akan semakin besar jika anda Upgrade keanggotaan menjadi BOOSTER, SILVER, GOLDEN, PLATINUM, atau VISIONARY.
Inilah alasan mengapa waktu yang paling tepat untuk bergabung adalah SAAT INI!
Potensi penghasilan anda akan semakin besar jika member anda melakukan upgrade ke level yang lebih tinggi.

JENIS PAKET DAN PENGHASILAN BULANAN

Coba anda perhatikan, tanpa investasi uang saja penghasilan anda bisa mencapai $420 per bulan. Jika dirupiahkan berkisar 5 jutaan per bulan. Mau invest? Bisa... silahkan sesuaikan dana anda dengan paket yang ditawarkan.

PAKET:                                               PENGHASILAN:

Booster $399------------------------ $ 5/hari ----------- $100/Bulan
Silver $899--------------------------- $ 12/hari............. $240/Bulan
Gold $ 1.599................................$ 20/hari..............$400/bulan
Platinum $ 2.999..........................$40/hari...............$800/bulan
Visionary $ 5.999.........................$ 80/hari..............$1.600/bulan

Perhitungan di atas adalah pendapatan anda tanpa merekrut orang. Anda cukup mengerjakan tugas harian saja.
 
Untuk menghasilkan Dollar dalam jumlah yang lebih banyak, saya merekomendasikan anda untuk giat membangun jaringan anda. Cukup tawarkan peluang ini ke kenalan anda di dunia maya. Manfaatkan jejaring sosial seoptimal mungkin.
Tunjukkan bagaimana cara menjalankan bisnis ini, perlihatkan peluang meraih dollar dan kerjasamalah dengan mereka. ANda sendiri yang putuskan apakah hanya ingin mengerjakan tugas harian atau ingin membangun jaringan anda untuk meraih Dollar yang melimpah?
Keputusan di tangan anda. You set your own Goal and limits.
Mungkin anda hanya memiliki beberapa referral di bulan pertama, namun jika mereka adalah seorang yang semangat seperti anda, mereka akan membangun jaringan mereka juga. Bayangkan jika anda mengajak 5 orang dalam jaringan anda. Maka di level 1 anda memiliki 5 member dan di level 2 anda memiliki 25 member. Jika perkembangan jaringan anda stabil, maka jumlah member anda hingga kedalaman 6 generasi adalah 15.625. Jika mereka semua adalah member dengan kualifikasi Bronze dan anda mendapatkan 1% penghasilan mereka (15.625 x $50 per orang) =  $7.812 dan ini adalah profit anda setiap bulannya. Bagaimana jika anda Upgrade ke paket Booster, anda akan mendapat %2 dari seluruh jaringan anda, dan itu adalah $15.625 per bulan. Hmmm.... Mantab kan?

CARA PENARIKAN UANG  (WITHDRAW MONEY)

Ada 2 cara menarik uang anda dari LIbertagia.
1. Transfer Bank. Menu ini terdapat dalam bagian "Financial"----> Withdrawal. Minimum penarikan adalah $300.
2. Debit Card. Silahkan lakukan request Libertagia Debit Card (GiaCard/GiaPay) dengan biaya $30 per tahun. Dengan Card ini anda bisa melakukan penarikan uang di ATM manapun di seluruh dunia.

Sunday 3 November 2013

FENOMENOLOGI



 Hakekat Fenomenologi
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman. Dalam bukunya Neues Organon (1764). ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata.
Fenomenologi (Inggris : Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani Phainomenon dan Logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. Lorents Bagus memberikan dua pengertian terhadap fenomenologi. Dalam arti luas, fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita.
Sebagai sebuah arah baru dalam filsafat, fenomenologi dimulai oleh Edmund Husserl (1859 – 1938), untuk mematok suatu dasar yang tak dapat dibantah, ia memakai apa yang disebutnya metode fenomenologis. Ia kemudian dikenal sebagai tokoh besar dalam mengembangkan fenomenologi. Namun istilah fenomenologi itu sendiri sudah ada sebelum Husserl. Istilah fenomenologi secara filosofis pertama kali dipakai oleh J.H. Lambert (1764). Dia memasukkan dalam kebenaran (alethiologia), ajaran mengenai gejala (fenomenologia). Maksudnya adalah menemukan sebab-sebab subjektif dan objektif ciri-ciri bayangan objek pengalaman inderawi (fenomen).
Immanuel Kant memakai istilah fenomenologi dalam karyanya Prinsip-Prinsip Pertama Metafisika (1786). Maksudn Kant adalah untuk menjelaskan kaitan antara konsep fisik gerakan dan kategori modalitas, dengan mempelajari ciri-ciri dalam relasi umum dan representasi, yakni fenomena indera-indera lahiriah.
Hegel (1807) memperluas pengertian fenomenologi dengan merumuskannya sebagai ilmu mengenai pengalaman kesadaran, yakni suatu pemaparan dialektis perjalanan kesadaran kodrati menuju kepada pengetahuan yang sebenarnya. Fenomenologi menunjukkan proses menjadi ilmu pengetahuan pada umumnya dan kemampuan mengetahui sebagai perjalanan jiwa lewat bentuk-bentuk atau gambaran kesadaran yang bertahap untuk sampai kepada pengetahuan mutlak. Bagi Hegel, fenomena tidak lain merupakan penampakan atau kegejalaan dari pengetahuan inderawi : fenomena-fenomena merupakan manifestasi konkret dan histories dari perkembangan pikiran manusia.
Edmund Husserl memahami fenomenologi sebagai suatu analisis deskriptif serta introspektif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung : religius, moral, estetis, konseptual, serta inderawi. Perhatian filsafat, menurutnya, hendaknya difokuskan pada penyelidikan tentang Labenswelt (dunia kehidupan) atau Erlebnisse (kehidupan subjektif dan batiniah). Penyelidikan ini hendaknya menekankan watak intensional kesadaran, dan tanpa mengandalkan praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmu empiris.
Fenomenologi merupakan metode dan filsafat. Sebagai metode, fenomenologi membentangkan langkah-langkah yang harus diambil sehingga kita sampai pada fenomena yang murni. Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsic fenomen-fenomen sebagaimana fenomen-fenomen itu sendiri menyingkapkan diri kepada kesadaran. Kita harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadarannya dan berupaya untuk kembali kepada “kesadaran murni”. Untuk mencapai bidang kesadaran murni, kita harus membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan sehari-hari. Sebagai filsafat, fenomenologi menurut Husserl memberi pengetahuan yang perlu dan esensial mengenai apa yang ada. Dengan demikian, fenomenologi dapat dijelaskan sebagai metode kembali ke benda itu sendiri (Zu den Sachen Selbt), dan ini disebabkan benda itu sendiri merupakan objek kesadaran langsung dalam bentuk yang murni.
Secara umum, pandangan fenomenologi bisa dilihat pada dua posisi. Pertama ia merupakan reaksi terhadap dominasi positivisme, dan kedua, ia sebenarnya sebagai kritik terhadap pemikiran kritisisme Immanuel Kant, terutama konsepnya tentang fenomena – noumena. Kant menggunakan kata fenomena untuk menunjukkan penampakan sesuatu dalam kesadaran, sedangkan noumena adalah realitas (das Ding an Sich) yang berada di luar kesadaran pengamat. Menurut Kant, manusia hanya dapat mengenal fenomena-fenomena yang nampak dalam kesadaran, bukan noumena yaitu realitas di luar yang kita kenal.
Husserl menggunakan istilah fenomenologi untuk menunjukkan apa yang nampak dalam kesadaran kita dengan membiarkannya termanifestasi apa adanya, tanpa memasukkan kategori pikiran kita padanya. Berbeda dengan Kant, Husserl menyatakan bahwa apa yang disebut fenomena adalah realitas itu sendiri yang nampak setelah kesadaran kita cari dengan realitas. Fenomenologi Husserl justru bertujuan mencari yang esensial atau eidos (esensi) dari apa yang disebut fenomena dengan cara membiarkan fenomena itu berbicara sendiri tanpa dibarengi dengan prasangka (presupposition).
Sebagai reaksi terhadap positivisme, filsafat fenomenologi berbeda dalam memandang objek, bila dibandingkan dengan filsafat positivisme, baik secara ontologis, epistimologis, maupun axiologis. Dalam tataran ontologism, yang berbicara tentang objek garapan ilmu, filsafat positivisme memandang realitas dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang berdiri sendiri, dan dapat dipelajari terpisah dari objek lain, serta dapat dikontrol. Sebaliknya, filsafat fenomenologi memandang objek sebagai kebulatan dalam konteks natural, sehingga menuntut pendekatan yang holistik, bukan pendekatan partial.
Dalam tataran epistemologis, filsafat positivisme menuntut perencanaan penelitian yang rinci, konkret, dan terukur dari semua variabel yang akan diteliti berdasarkan kerangka teoritik yang spesifik. Tata cara penelitian yang cermat ini kemudian dikenal dengan penelitian kuantitatif. Teori yang dibangun adalah teori nomothetik, yaitu berdasarkan pada generalisasi atau dalil-dalil yang berlaku umum. Sebaliknya, filsafat fenomenologi menuntut pemaknaan dibalik realitas, sehingga perlu keterlibatan subjek dengan objek, dan subjek bertindak sebagai instrumen untuk mengungkap makna dibalik suatu realitas menurut pengakuan, pendapat, perasaan, dan kemauan dari objeknya. Tatacara penelitian seperti ini kemudian dikenal dengan penelitian kualitatif. Teori yang dibangun adalah teori ideografik, yaitu upaya memberikan deskripsi cultural, human atau individual secara khusus, artinya hanya berlaku pada kasus yang diteliti.
Pada tataran axiologis, filsafat positivisme memandang kebenaran ilmu itu terbatas pada kebenaran empirik sensual – logic dan bebas nilai. Sebaliknya, filsafat fenomenologi mengakui kebenaran ilmu secara lebih luas, yaitu mengakui kebenaran empirik sensual, kebenaran logic, kebenaran etik, dan kebenaran trancendential. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak bebas nilai (value free), akan tetapi bermuatan nilai (value bond), tergantung pada aliran etik yang dianutnya, apakah naturalisme, hedonisme, utilitarianisme, idealisme, vitalisme, ataukah theologisme atau pandangan filsafat yang lain.
Fenomenologi Sebagai Metode Ilmu
Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati fenomena-fenomena dalam kemurniannya. Fenomena disini dipahami sebagai segala sesuatu yang dengan suatu cara terntentu tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun kenyataan. Yang paling penting ialah pengembangan suatu metode yang tidak memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya seperti penampilannya tanpa prasangka sama sekali. Seorang fenomenolog hendak menanggalkan segenap teori, pra anggapan serta prasangka, agar dapat memahami fenomena sebagaimana adanya : “Zu den Sachen Selbst” (kembali kepada bendanya sendiri).
Tugas utama fenomenologi menurut Husserl adalah menjalin keterkaitan manusia dengan realitas. Bagi Husserl, realitas bukan suatu yang berbeda pada dirinya lepas dari manusia yang mengamati. Realitas itu mewujudkan diri, atau menurut ungkapan Martin Heideger, yang juga seorang fenomenolog, “Sifat realitas itu membutuhkan keberadaan manusia”. Filsafat fenomenologi berusaha mencapai pengertian yang sebenarnya dengan cara menerobos semua fenomena yang menampakkan diri menuju kepada bendanya yang sebenarnya. Usaha inilah yang dinamakan untuk mencapai “Hakikat segala sesuatu”.
Untuk itu, Husserl mengajukan dua langkah yang harus ditempuh untuk mencapai esensi fenomena, yaitu metode epoche dan eidetich vision. Kata epoche berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “menunda keputusan” atau “mengosongkan diri dari keyakinan tertentu”. Epoche bisa juga berarti tanda kurung (bracketing) terhadap setiap keterangan yang diperoleh dari suatu fenomena yang nampak, tanpa memberikan putusan benar salahnya terlebih dahulu. Fenomena yang tampil dalam kesadaran adalah benar-benar natural tanpa dicampuri oleh presupposisi pengamat. Untuk itu, Husserl menekankan satu hal penting : penundaan keputusan. Keputusan harus ditunda (epoche) atau dikurung dulu dalam kaitan dengan status atau referensi ontologism atau eksistensial objek kesadaran.
Selanjutnya, menurut Husserl, epoche memiliki empat macam, yaitu :
1.Method of historical bracketing : metode yang mengesampingkan aneka macam teori dan pandangan yang pernah kita terima dalam kehidupan sehari-hari, baik dari adat, agama maupun ilmu pengetahuan.
2.Method of exixtensional bracketing : meninggalkan atau abstain terhadap semua sikap keputusan atau sikap diam dan menunda.
3.Method of transcendental reduction : mengolah data yang kita sadari menjadi gejala yang transcendental dalam kesadaran murni.
4.Method of eidetic reduction : mencari esensi fakta, semacam menjadikan fakta-fakta tentang realitas menjadi esensi atau intisari realitas itu.
Dengan menerapkan empat metode epoche tersebut seseorang akan sampai pada hakikat fenomena dari realitas yang dia amati.
Fenomenologi terhadap dunia ilmu pengetahuan
Memperbincangkan fenomenologi tidak bisa ditinggalkan pembicaraan mengenai konsep Lebenswelt (“dunia kehidupan”). Konsep ini penting artinya, sebagai usaha memperluas konteks ilmu pengetahuan atau membuka jalur metodologi baru bagi ilmu-ilmu sosial serta untuk menyelamatkan subjek pengetahuan.
Edmund Husserl, dalam karyanya, The Crisis of European Science and Transcendental Phenomenology, menyatakan bahwa konsep “dunia kehidupan” (lebenswelt ) merupakan konsep yang dapat menjadi dasar bagi (mengatasi) ilmu pengetahuan yang tengah mengalami krisis akibat pola pikir positivistik dan saintistik, yang pada prinsipnya memandang semesta sebagai sesuatu yang teratur – mekanis seperti halnya kerja mekanis jam. Akibatnya adalah terjadinya ‘matematisasi alam’ dimana alam dipahami sebagai keteraturan (angka-angka). Pendekatan ini telah mendehumanisasi pengalaman manusia karena para saintis telah menerjemahkan pengalaman manusia ke formula-formula impersonal.
Dunia kehidupan dalam pengertian Husserl bisa dipahami kurang lebih dunia sebagaimana manusia menghayati dalam spontanitasnya, sebagai basis tindakan komunikasi antar subjek. Dunia kehidupan ini adalah unsur-unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan seseorang, yakni unsur dunia sehari-hari yang ia alami dan jalani, sebelum ia menteorikannya atau merefleksikannya secara filosofis.
Konsep dunia kehidupan ini dapat memberikan inspirasi yang sangat kaya kepada ilmu-ilmu sosial, karena ilmu-ilmu ini menafsirkan suatu dunia, yaitu dunia sosial. Dunia kehidupan sosial ini tak dapat diketahui begitu saja lewat observasi seperti dalam eksperimen ilmu-ilmu alam, melainkan terutama melalui pemahaman (verstehen ). Apa yang ingin ditemukan dalam dunia sosial adalah makna, bukan kausalitas yang niscaya. Tujuan ilmuwan sosial mendekati wilayah observasinya adalah memahami makna. Seorang ilmuwan sosial, dalam hal ini, tidak lebih tahu dari pada para pelaku dalam dunia sosial itu. Oleh karena itu, dengan cara tertentu ia harus masuk ke dalam dunia kehidupan yang unsur-unsurnya ingin ia jelaskan itu. Untuk dapat menjelaskan, ia harus memahaminya. Untuk memahaminya, ia harus dapat berpartisipasi ke dalam proses yang menghasilkan dunia kehidupan itu.
Kontribusi dan tugas fenomenologi dalam hal ini adalah deskripsi atas sejarah lebenswelt (dunia kehidupan) tersebut untuk menemukan ‘endapan makna’ yang merekonstruksi kenyataan sehari-hari. Maka meskipun pemahanan terhadap makna dilihat dari sudut intensionalitas (kesadaran) individu, namun ‘akurasi’ kebenarannya sangat ditentukan oleh aspek intersubjektif. Dalam arti, sejauh mana ‘endapan makna’ yang detemukan itu benar-benar di rekonstruksi dari dunia kehidupan sosial, dimana banyak subjek sama-sama terlibat dan menghayati.

Tuesday 4 December 2012

KOMPONEN SILABUS


A.    Pendahuluan.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah dan komite sekolah atau beberapa sekolah, kelompok musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), dan dinas pendidikan.
Dalam pengembangan silabus terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan antara lain; Ilmiah, Relevan, Sistematis, Konsisten, Memadai, Aktual dan Kontekstual, Fleksibel, Menyeluruh, dan Desentralistik. Selain prinsip-prinsip itu terdapat juga komponen serta langkah untuk mengembangkan silabus.

B.     Rumusan masalah.
a.       Komponen silabus.
b.      Langkah-langkah pengembangan silabus mata pelajaran bahasa arab.

C.    Pembahasan.
a.       Komponen silabus.
Silabus disusun berdasarkan standar isi, yang didalamnya berisikan identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), dan kompetensi dasar (KD), materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian alokasi waktu, dan sumber belajar.
Dalam PP.No 19 Tahun 2005 pasal 20 disebutkan bahwa silabus memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Mengacu pada landasan diatas, dapat dipahami bahwa komponen-komponen silabus yang perlu dikembangkan antara lain:

1.      Identitas silabus.
2.      Standar Kompetensi (kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan pengasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu).
3.      Kompetensi Dasar (sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK dalam mata pelajaran tertentu).
4.      Materi pokok atau pembelajaran.
5.      Kegiatan pembelajaran (kegiatan-kegiatan yang spesifik yang dilakukan siswa untuk mencapai SK dan KD).
6.      Indikator.
7.      Penilaian.
8.      Alokasi waktu (termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan pembelajaran (nx40 menit)).
9.      Sumber belajar(buku teks, alat, bahan, nara sumber,dll).
b.      Langkah-langkah pengembangan silabus mata pelajaran bahasa arab.
Langkah-langkah penyusunan atau pengembangan silabus mencakup tahapan kegiatan-kegiatan (Depdiknas, 2006:13), antara lain:
1.      Mengisi identitas silabus.
Identitas biasanya terdiri dari nama sekolah, kelas, mata pelajaran, dan semester.
2.      Menuliskan standar kompetensi (SK).
Standar kompetensi diambil dari standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) mata pelajaran. Sebelum menuliskan standar kompetensi, penyusunan terlebih dahulu mengkaji standar isi mata pelajaran dengan memperhatikan:
a.       Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan atau SK dan KD;
b.      Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c.       Keterkaitan standar kompetensi dasar antar mata pelajaran.

3.      Menuliskan kompetensi dasar (KD).
Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam standar isi.
4.      Mengidentifikasi materi pokok.
Dalam mengidentifikasi materi pokok atau pembelajaran harus dipertimbangkan:
a.       Relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
b.      Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
c.       Kebermanfaatan bagi peserta didik;
d.      Struktur keilmuan;
e.       Kedalaman dan keluasan materi;
f.       Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
g.      Alokasi waktu
Dan yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi materi pokok atau pembelajaran:
a.       Kesalihan (validity).
b.      Tingkat kepentingan (signifinance).
c.       Kebermanfaatan (utility).
d.      Layak dipelajari (learnability).
e.       Menarik minat (interst).
5.      Mengembangkan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi. Dan dapat terwujud melaui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik serta memuat kecakapan peserta didik. Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal:
a.       Memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan dibawah bimbingan guru;
b.      Mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran;
c.       Disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar, dan sarana yang tersedia;
d.      Bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu atau perorangan, berpasangan, kelompok, dan klasikal;
e.       Memerhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.
6.      Merumuskan indikator pencapaian kompetensi.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat terobservasi. Didalam penentuan indikator diperlukan kriteria-kriteria sebagai berikut;
a.       Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
b.      Berkaitan dengan SK dan KD.
c.       Memerhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Harus dapat menunjukan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor).
e.       Memerhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
f.       Dapat diukur atau dikuantifikasikan atau dapat diamati.
g.      Menggunakan kata kerja operasional (Depdiknas, 2006:15).
7.      Penentuan jenis penilaian.
Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator pencapaian kompetensi. Didalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting:
1.      Teknik Penilaian.
Tenik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dilakukan dalam rangka penilaian yakni tekni tes dan teknik nontes. Dalam melaksanakan penilaian, penyusunan silabus perlu memerhatikan prinsip-prinsip:
1)      Berorientasi pada kompetensi
2)      Menyeluruh
3)      Valid
4)      Adil dan terbuka
5)      Mendidik
6)      Berkesinambungan
7)      Bermakna.
2.      Bentuk instrumen.
Bentuk instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang tergolong teknik, diantaranya adalah tes tulis, tes lisan, tes unjuk kerja, penugasan, observasi, wawancara, portofolio, dan penilaian diri.
3.      Contoh instrumen.
Contoh instrumen dapat dituliskan dikolom matriks silabus yang tersedia. Namun, apabila kolom yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya contoh instrumen penelitian diletakkan didalam lampiran.
8.      Menentukan alokasi waktu.
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapain suatu KD tertentu, dengan memerhatikan;
a.       Minggu efektif per semester,
b.      Alokasi waktu mata pelajaran, dan
c.       Jumlah kompetensi per semester.
9.      Menentukan sumber belajar.



D.    Kesimpulan.
Komponen-komponen silabus yang perlu dikembangkan antara lain:
1.      Identitas silabus.
2.      Standar Kompetensi (kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan pengasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu).
3.      Kompetensi Dasar (sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK dalam mata pelajaran tertentu).
4.      Materi pokok atau pembelajaran.
5.      Kegiatan pembelajaran (kegiatan-kegiatan yang spesifik yang dilakukan siswa untuk mencapai SK dan KD).
6.      Indikator.
7.      Penilaian.
8.      Alokasi waktu (termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan pembelajaran (nx40 menit)).
9.      Sumber belajar(buku teks, alat, bahan, nara sumber,dll).
Langkah-langkah penyusunan atau pengembangan silabus mencakup tahapan kegiatan-kegiatan (Depdiknas, 2006:13), antara lain:
1.      Mengisi identitas silabus.
2.      Menuliskan standar kompetensi (SK).
3.      Menuliskan kompetensi dasar (KD).
4.      Mengidentifikasi materi pokok.
5.      Mengembangkan kegiatan pembelajaran.
6.      Merumuskan indikator pencapaian kompetensi.
7.      Penentuan jenis penilaian.
8.      Menentukan alokasi waktu.
9.      Menentukan sumber belajar.




E.     Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kritik dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.

F.     Daftar Pustaka
Mutholib, Abdul, pengembangan kurikulum bahasa arab (teori & praktik), Nora Media, Kudus, 2012