Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
As-Sabiqun al-Awwalun (Arab: السَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ) adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk/ memeluk Islam. Mereka adalah dari golongan kaum Muhajirin dan Anshar,[1] mereka semua sewaktu masuk Islam berada di kota Mekkah, sekitar tahun 610 Masehi pada abad ke-7.[2] Pada masa penyebaran Islam awal, para sahabat nabi di mana jumlahnya sangat sedikit dan golongan As-Sabiqun Al-Awwalun yang rata-ratanya adalah orang miskin dan lemah
Etimologi
Akar kalimat
as-Sabiqun dalam bahasa Arab berakar
dari huruf S-B-Q (س-ب-ق Sin-Ba-Qaf), Sabaqa (سبقا) sebuah kata kerja yang artinya mendahulukan, pergi sebelum,
lebih dahulu, melampaui, juga berarti "sudah" atau sebelum; aksi
pendahulu, bergerak sebelumnya dan sebagainya, contoh:
“
|
”
|
yang artinya
melewati atau melampaui. Sabaqa: berpacu (kata kerja). Sabiq:
bertindak.[3]
Kemudian
kalimat al-Awwalun terdiri dari huruf A-W-L (ا-و-ل Alif-Wau-Lam),
Awwal (اول) sebuah kata
yang artinya pertama atau awal, kemudian kata ini diserap kedalam bahasa
Indonesia, yang memiliki makna yang sama pula.
Kerasulan Muhammad
Awal kerasulan
Muhammad dilahirkan
di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan,
pertempuran dan penyembahan berhala. Ia sering
menyendiri ke Gua Hira', sebuah
gua bukit dekat Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur
karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di
sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya
memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu
malam, ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril
mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di
telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, "Saya tidak bisa
membaca". Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca,
tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
“
|
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang
Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca).
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq
96: 1-5)
|
”
|
Ini
merupakan wahyu pertama
yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun. Wahyu turun
kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut
telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam
kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan).
Pendakwahan
Siriyyah (rahasia)
Selama tiga
tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman
dekat dan kerabatnya, pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu ishaq dan Al-Waqidi. Kebanyakan dari mereka yang
percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya, tetapi
tidak semua orang terdekatnya mau menerima dakwah ini. Sebagai contoh Abu Thalib yang tidak
meyakini ajaran yang dibawa oleh Muhammad. Begitu pula dengan salah satu
pamannya yang bernama Abu Lahab, bahkan
menjadi penentang keras dakwah Muhammad.
Muhammad
menjadi nabi dan berdakwah pada kisaran tahun 610 - 614 Masehi. Setelah adanya wahyu, surat Al-Muddatsir: 1-7, yang artinya:
“
|
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah,
lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah,
dan perbuatan dosa (menyembah berhala)
tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu,
bersabarlah. (Al-Mudatsir 74: 1-7)
|
”
|
Dengan
turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah Rasulullah berdakwah.
Mula-mula ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga, sahabat, pengasuh
dan budaknya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu
adalah Ali bin Abi
Thalib, saudara
sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki
pertama yang masuk Islam.
Kemudian Abu Bakar, sahabat
karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin
Haritsah, bekas budak yang telah
menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh
Muhammad sejak ibunya masih hidup. Setelah mereka, lalu masuk yang lainnya. Abu
Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya,
seperti, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman
bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin
Ubaidillah. Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam.
Sedangkan menurut sejarah Islam, putri Abu Bakar yaitu Aisyah adalah orang ke 21 atau 22 yang
masuk Islam.[4]
Syaikh Al-Albani mengatakan: "Lelaki dewasa dan
merdeka yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar, dari kalangan anak-anak
adalah Ali bin Abi Thalib, dari kalangan budak Zaid bin Haritsah.[5]
Terbuka
Dakwah
secara siriyyah ini dilakukan selama kurang lebih 3 tahun dan setelah
orang Islam berjumlah 40 orang[6], maka
turunlah ayat
“
|
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat
(Asy-Syu’ara, 26:214)
|
”
|
dan juga
pada ayat,
“
|
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang
yang musyrik. Sesungguhnya kami memelihara kamu daripada
(kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu). (Al-Hijr ayat
15:94-95)
|
”
|
Muhammad
mulai terbuka menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia
mengundang kerabat karibnya bangsa Quraisy dalam
sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya.
Namun
ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus,
sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab dan
istrinya Ummu Jamil. Mereka
sangat membenci ajaran yang dibawa oleh Muhammad.
Sebelum
kelahiran Muhammad, orang-orang Arab Quraisy adalah para penyembah berhala. Mereka
suka membunuh anak laki-Iaki dan menanam hidup-hidup anak perempuan. Mereka
mudah membunuh sebagian yang lain hanya karena hal-hal yang sepele. Oleh karena
itu ketika Muhammad mengajak mereka untuk menyembah Allah yang Esa,
meninggalkan kepercayaan mereka, mereka marah besar. Mereka yang semula cinta
kepadanya berubah menjadi kebencian dan kemarahan. Sedangkan mereka yang semula
membenarkan Muhammad, telah berubah menjadi orang-orang yang mendustakannya.
Madrasah Pertama
Muhammad
mulai merasa perlu mencari sebuah tempat bagi para pemeluk Islam dapat
berkumpul bersama. Di tempat itu akan diajarkan kepada mereka tentang
prinsip-prinsip Islam, membacakan ayat-ayat Al-Qur'an,
menerangkan makna dan kandungannya, menjelaskan hukum-hukumnya dan mengajak
mereka untuk melaksanakan dan mempraktikkannya. Pada akhirnya Muhammad memilih
sebuah rumah di bukit Shafa milik Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Semua
kegiatan itu dilakukan secara rahasia tanpa sepengetahuan siapa pun dari
kalangan orang-orang kafir.
Rumah Abu
Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam ini merupakan Madrasah pertama sepanjang
sejarah Islam,[7] tempat ilmu
pengetahuan dan amal saleh diajarkan secara terpadu oleh sang guru pertama,
yaitu Muhammad Rasulallah. Ia sendiri yang mengajar dan mengawasi proses
pendidikan disana.
Daftar As-Sabiqun al-Awwalun
Ibnu Hisyam pernah
menulis 40 nama as-sabiqun al-awwalun. Ia menulis Khadijah dalam nomor
urut pertama, Asma' di nomor urut 18, dan Aisyah di nomor urut 19. Umar bin
Khattab berada jauh di bawah Aisyah.[8]
Yang
termasuk As-Sabiqun Al-Awwalun adalah sebagai berikut:
Khadijah,
Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, dan
Bilal bin Rabah, merekalah orang yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu
menyebar ke yang lainnya. Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy, kecuali Bilal bin Rabah.
Daftar di
atas tersebut, tidaklah sesuai dengan kronologis urutan sejarah aslinya, dikarenakan
penyebaran Islam ini awalnya secara rahasia, maka terlalu sulit untuk mencari
siapa saja yang terlebih dahulu memeluk Islam, setelah lima besar pemeluk
Islam.
Profesi
Pada awalnya
golongan ini hanya terdiri dari kaum miskin dan lemah, kemudian setelah
menempuh waktu semakin bertambah dan masuk beberapa orang dari lapisan golongan
masyarakat, yang terdiri
dari pemuka adat, pemimpin suku, panglima perang, ibu
rumah tangga, anak-anak, majikan, saudagar, pengusaha, pedagang, petani, peternak binatang, pelayan rumah tangga,
orang merdeka, budak.
Para budak
banyak yang tertarik dengan prinsip yang diajarkan oleh Islam, yaitu tentang
kesetaraan manusia di hadapan Allah, Rasulallah mempersaudarakan sebagian
muslim dari golongan aristokrat Quraisy
dengan sekelompok muslim lain yang dari golongan budak. Tidak ada perbedaan
antara yang kaya dan miskin, kuat maupun lemah, merdeka maupun budak, Arab
maupun non-Arab, semua setara. Menurut kaca mata Islam, Allah tidak pernah
melihat umat-Nya berdasarkan profesi/ pangkat dan jabatan seseorang, yang Allah
nilai hanya iman dan taqwa hamba-Nya.
Tugas
As-Sabiqun
al-Awwalun yang Salaf, memiliki
beberapa tugas penting yang harus diemban mereka. Tugas itu meliputi:
|
Surga Bagi As-Sabiqun al-Awwalun
Menurut
kepercayaan Islam, As-Sabiqun al-Awwalun akan mempunyai tempat tinggal yang
mulia, Surga Jannatun
Na'im.
“
|
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar
(At-Taubah ayat 9:100)
|
”
|
Diperkuat
oleh dalam hadits mutawatir
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tentang
tiga masa yang
mendapatkan kemulian dan keutamaan muslim dan lain-lainnya, dimana Muhammad
bersabda
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeluk_Islam_pertama